Putri Kades Berjuang Melawan Leukimia

Putri Kades Berjuang Melawan Leukimia

\"herawati\"BENTENG, BE - Banyak orang bilang, masa remaja merupakan masa bahagia dan masa untuk bersenang-senang. Namun, hal itu tak dirasakan Herawati (18), buah hati Dahirman (45), yang merupakan Kepala Desa Curup Kecamatan Merigi Sakti dan Budayati. Dia tergeletak tak berdaya, kedua  kakinya lumpuh sejak 4 tahun lalu. Dia mengidap penyakit leukimia (kanker darah). \"Penyakit ini  membuat tubuhnya lemah tidak berdaya, dia hanya menjerit dalam hati meminta kesembuhan,\" ungkap Dahirman sedih. Menurutnya, kesedihan keluarganya bertambah berat karena akibat dari penyakit yang diderita anaknya itu, membuat anaknya putus sekolah. Padahal anaknya termasuk siswa yang pandai saat bersekolah di SMKN 1 Kota Bengkulu. Saat itu anaknya mengambil jurusan Akuntasi, dan berhenti menjelang ujian nasional (Unas). Karena penyakit semakin parah menyerangnya, dia diminta pulang ke desa. \"Akibat menderita penyakit ini, anak saya terpaksa harus mengalami putus sekolah,\" terang Dahirman. Dahirman mengaku, cita-cita anaknya menjadi akuntan hilang, bayangan kanker darah leukimia terus membuat dia semakin pesimis. Tidak ada harapan sehat untuknya, 2 tahun terakhir, dia  terus terbaring lemah, dengan kaki terbungkus kulit yang semakin hari semakin mengecil dan membuat dia susah untuk berjalan bebas. \"Kami hanya bisa pasrah dan berdoa saat ini,\" jelasnya. Saat BE berkunjung ke rumahnya, Haryatai seakan-akan tak berdaya menjawab pertanyaan, dan membuat dia sedih saat ditanyakan soal sekolah. 1 tahun lalu. Dia masih bergabung dengan teman-temannya dan rindu dengan guru-gurunya di Kota Bengkulu. “Saya sempat ingin melanjutkan sekolah di desa dan ternyata saya ditolak, saya tidak ada harapan lagi kejar cita-cita dan sembuh,” aku wanita berparas cantik itu. Dikatakannya, cita-cita itu terkubur, harapannya sekarang tetap berusaha bangkit dan minta kesembuhan. Tidak pernah menyerah, walaupun menjalani pengobatan secara tradisional. “Ya, sekarang saya ikut obat desa, kalau ada harapan sembuh, dan tidak begitu menyusahkan orang tua, biayanya tidak terlalu mahal,” ujarnya. Sementara Budayati, ibu kandung Herawati, mengaku pihak keluarga sudah putus asa. Apalagi pihak medis memvonis, penyakit anaknya sangat parah, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan dan harapan hidup tidak ada lagi. “Kami diminta merujuk ke Jakarta, tapi karena sudah disebut tidak ada obat lagi, ya pasrah sajalah, apalagi biaya kami minim,” akunya. Ia menambahkan, anaknya tetap meminta kesembuhan, sampai saat ini masih menjalani pengobatan tradisional. Dokter pernah berkata, obat untuk membasmi penyakit yang dialami anaknya tidak ada, tetapi ada obat hanya mengatasi. “Disamping kami kekurangan biaya, ya kami juga memikirkan jawaban dokter Rumah Sakit M Yunus, tidak ada harapan kesembuhan lagi,” tutupnya.(111)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: